8 Prinsip Manajemen dalam Al-Qur’an
Kata manajemen sudah tidak asing lagi di telinga kita, manajemen dalam konteks ini memiliki banyak definisi atau pun pengertian, akan tetapi tujuan dam maksud dari manajemen itu semuanya sama pada akhirnya. Manajemen itu secara bahasa bisa berarti memimpin, membimbing, dan mengatur, sedangkan secara istilah adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengaturan terhadap para anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dan didalam buku karya Zainal Arifin, Tafsir Ayat-ayat Manajemen, Manajemen itu di definisikan adalah proses berkelanjutan anggota organisasi menggunakan sumber dayanya dan berusaha mengoordinasikan kegiatan untuk memenuhi berbagai tugas organisasi secara efisien. Sedangkan menurut George R. Terry, manajemen terdiri beberapa unsur yang disingkat dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Adapun dalam tulisan ini akan membahas 8 prinsip manajemen dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Pertama, merencanakan
Proses merencanakan salah satu bentuk amal kebajikan yang perlu dilakukan berupa mempersiapkan segala sesuatu dengan matang sebelum bertindak untuk supaya bisa menghadapi segala sesuatu hal yang akan terjadi, seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 47 – 49 berikut ini yang artinya:
“(Yusuf) berkata, “Bercocok tanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan”
“Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.”
“Setelah itu akan datang tahun, ketika manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)”
Dalam ayat tersebut di ceritakan kisah nabi Yunus as bagaimana beliau merencanakan dan bersiap-siap dalam menghadapi musim kemarau yang panjang agar persediaan makanan beliau cukup dalam menghadap musim kemarau tersebut.
Kedua, tegas dalam mengambil kebijakan
Dalam prinsip manajemen ini tegas dalam mengambil kebijakan yang artinya tidak segan-segan dalam membuat keputusan atau hukuman dalam suatu organisasi atau kelompok yang dalam konteks ini tidak semena-mena dalam pengambilan kebijakan tersebut, seperti dalam surah An-Naml ayat 20-21, yang artinya:
“Dia (Sulaiman) memeriksa (pasukan) burung, lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud? Ataukah ia termasuk yang tidak hadir”
“Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas”
Dari ayat tersebut nabi Sulaiman as dengan tegas untuk memberikan hukuman kepada burung Hud-hud karena tidak hadir dalam sebuah pertemuan, dan akan diampuni jika memiliki alasan yang jelas karena ketidakhadirannya tersebut.
Ketiga, strategis dalam penempatan posisi
Dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”
Dalam ayat ini, Allah memberikan pemahaman kepada kita bahwa setiap beban yang kita pikul itu pasti kita sanggup menghadapinya. Dalam hubungannya dengan prinsip manajemen yang ketiga ini adalah memberikan maksud kepada kita untuk lebih teliti dalam menempatkan beban kepada anggota kita sesuai skill dan kemampuannya agar supaya organisasi berjalan efektif dan produktif.
Keempat, bermusyawarah
Islam telah memberikan pengajaran kepada kita dalam hal mengambil sebuah keputusan dalam sebuah kelompok atau dalam hal berorganisasi, yaitu bermusyawarah. Karena musyawarah memiliki nilai strategis didalamnya, yakni secara tidak langsung memberikan motivasi bagi individu untuk terlibat aktif dalam kerja-kerja organisasi. Dan hal ini juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 159 yang artinya:
“Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Dan di ayat di atas juga ditambahkan bahwa ketika sudah membulatkan tekad dalam hasil musyawarah tersebut, maka bertakwakallah kepada Allah karena kita sebagai makhluk hanya merencanakan dan hasilnya kita serahkan kepada Allah swt.
Kelima, memberikan kepercayaan yang tepat
Dalam konteks ini seorang pemimpin tertinggi memberikan kepercayaan kepada anggota nya untuk menyelesaikan suatu masalah agar terselesaikan dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini seperti di Qur’an surah Yusuf ayat 56 yang artinya:
“Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir) untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”
Keenam, semangat dalam bekerja
Sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik dengan salah satu indikator nya adalah kualitas kerja yang baik pula, seperti dalam surah Al-Qasas ayat 26 yang artinya:
“Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
Dalam ayat ini disebutkan bahwa dengan semangat, tekad yang kuat, fisik yang kuat, dan dapat dipercaya akan menjadikan sebagai orang terpilih dalam menjalankan suatu pekerjaan tersebut.
Ketujuh, optimal dalam kerja dan ihsan dalam prestasi
Dalam Quran surah Saba ayat 11 yang artinya:
“Buatlah baju-baju besi besar dan ukurlah anyamannya serta kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
Dalam ayat ini dijelaskan tentang optimal dalam bekerja adalah “ukurlah anyamannya” maksud dari itu adalah teliti dalam bekerja sehingga hasil yang didapatkan bisa maksimal.
Kedelapan, motivasi
Motivasi memiliki peran bagi produktivitas kerja. Al-qur’an menceritakan kisah Firaun menjanjikan tukang sihir akan memberi upah dan kedudukan tinggi seandainya menang menghadapi Nabi Musa as. QS. Al-Syu’ara (26): 41-42 yang artinya:
“Maka, ketika para penyihir datang, mereka berkata kepada Fir‘aun, “Apakah kami benar-benar akan memperoleh imbalan besar jika kami yang menjadi pemenang?”
“Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti akan menjadi orang-orang yang dekat (kepadaku)”
Dari kisah ini tentu kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan menjadikan Motivasi menjadi sangat penting dalam tercapainya suatu tujuan.
Itulah 8 prinsip manajemen dalam Al-Qur’an yang dengan itu bisa menambah wawasan kita tentang prinsip prinsip manajemen yang dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
——–
Penulis: Ibnu Apriani dan Dr. Hamidullah Mahmud, Lc., MA.
Mahasiswa Magister Manajemen Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Tentang Penulis
(profil singkat penulis)