Mencari Makna Miss Universe Sejati Perspektif Berbeda dari Biasa

Di sebuah kota metropolis yang modern, terhampar gedung-gedung tinggi dan jalan-jalan yang sibuk. Di tengah hiruk-pikuk kota, hiduplah empat sahabat akrab,
Maya, Rina, Dian, dan Nisa. Meskipun berasal dari latar belakang berbeda, keempatnya telah bersahabat sejak masa kuliah dan menjaga hubungan erat meski
kini telah menjalani kehidupan dewasa. Kafe “Café Mitage” adalah tempat di mana mereka sering berkumpul, merasakan getaran nyaman dari aroma kopi dan canda tawa, serta berbagi pikiran tentang isu-isu terkini yang mempengaruhi dunia mereka. Pada suatu hari yang cerah, keempat sahabat itu duduk di sudut kafe yang teduh, dengan secangkir kopi hangat di tangan masing-masing. Suara gemerisik daun-daun di luar jendela turut meramaikan percakapan mereka. Isu yang tengah hangat di berbagai media menjadi topik pembicaraan mereka kali ini: kontes kecantikan Miss Universe. Saat itu, Maya membawa kabar baru yang membuat suasana semakin hidup.

Maya: (dengan senyum lebar) Kalian pasti belum tahu. Ustaz Adi Hidayat baru saja  memberikan pandangan unik tentang Miss Universe!
Dian: (tertawa) Tunggu dulu, Ustaz Adi Hidayat, yang selama ini bicara tentang ilmu agama dan spiritualitas?
Rina: (menarik alisnya) Benar sekali, Dian. Tapi kali ini, dia mengeluarkan pandangan yang berbeda dari yang umumnya kita dengar. Katanya, kecantikan sejati itu tak hanya tentang penampilan fisik semata.

Meskipun terdengar menarik, pandangan Ustaz Adi Hidayat ini tak lantas diterima  dengan mudah oleh semua orang. Diskusi yang kemudian berkembang menunjukkan perbedaan pendapat di antara mereka. Dian cenderung skeptis terhadap konsep tersebut, sementara Rina dan Nisa justru menunjukkan minat dalam pandangan  yang diemukakan.

Dian: (dengan keraguan) Tapi di dunia nyata, siapa yang tak melihat penampilan fisik sebagai penilaian utama tentang kecantikan?
Rina: (dengan semangat) Iya, Dian. Tapi lihatlah dari sudut pandang lain. PandanganUstaz Adi Hidayat membuka dimensi baru. Kita perlu melihat keindahan dari sudut pandang yang lebih mendalam.
Nisa: (mengangguk setuju) Tepat sekali, Rina. Ada benarnya juga jika kecantikan luar dan kecantikan dalam harus seimbang.
Maya: (penuh semangat) Apalagi menurut Ustaz Adi Hidayat, Miss Universe sejati adalah mereka yang mampu memancarkan keindahan dari dalam hati dan karakter mereka.

Ketika perdebatan semakin memanas, Dian mengungkapkan keraguan tentang bagaimana pandangan ini dapat diaplikasikan dalam kontes kecantikan yang
sesungguhnya, terutama di tengah tuntutan akan penampilan fisik yang menonjol. Namun, setelah beberapa saat diskusi, keempat sahabat Muslimah itu akhirnya mencapai titik temu. Mereka menyadari bahwa pandangan Ustaz Adi Hidayat memang mengingatkan bahwa konsep kecantikan sejati perlu diperluas. Sementara mereka duduk, mencerna kata-kata yang telah mereka bagikan, seorang pelayan muncul membawa pesanan mereka.

Maya: (sambil tersenyum) Ketika kita melihat peserta Miss Universe dari sudut pandang yang lebih luas, kita bisa melihat kontribusi positif yang bisa mereka berikan dan bagaimana mereka memanfaatkan platform mereka.
Dian: (mengangguk setuju) Benar. Intinya adalah menemukan keseimbangan antara keindahan luar dan dalam.
Rina: (sambil meneguk kopi) Ya, dan Miss Universe sejati adalah mereka yang memancarkan keindahan dalam hati serta berdampak positif pada masyarakat.
Nisa: (sambil merenung) Sementara dunia sering terobsesi dengan penampilan fisik, pandangan ini mengajak kita untuk menggali keindahan dalam banyak bentuk.

Keempat sahabat Muslimah itu menemukan kesimpulan bahwa Miss Universe sejati adalah mereka yang mampu menginspirasi, memberikan dampak positif, dan memiliki keindahan batin. Melalui percakapan yang penuh dengan pandangan berbeda, mereka menemukan pemahaman bersama bahwa kecantikan sejati tak hanya terlihat, melainkan juga dirasakan dan dinyatakan melalui perbuatan. Kafe yang telah menjadi saksi setiap diskusi mereka akan selalu menjadi tempat di mana pandangan beragam itu berkumpul untuk menemukan perspektif yang lebih luas. Dan sudah di jelaskan Dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.

Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “Saking pentingnya ayat ini, Allah memerintahkan Rasulullah untuk menyampaikan dan memerintahkan pada istri-istrinya dan putri-putri beliau untuk mengenakan jilbab. Baru Rasulullah menyampaikan kepada perempuan-perempuan yang beriman. Yaitu menutup aurat, menjaga kehormatannya. Perempuan diperintahkan menutup aurat,” jelas Ustaz Adi Hidayat

Rahayu Nng Asri (LDK Parmais)
Institut STIAMI